Kamis,27 Sep 2001
Kompas
Negara-negara maju di Eropa menerapkan teknologi seluler untuk komunikasi pada dekade 70-an, dan Indonesia baru memanfaatkan kecanggihan komunikasi tersebut belasan tahun kemudian. Dibawah ini dipaparkan tonggak-tonggak sejarah komunikasi seluler di negeri ini.
1984: Teknologi seluler masuk ke Indonesia untuk pertama kali di tahun ini dengan berbasis teknologi Nordic Mobile Telephone (NMT).
1985-1992: Dalam periode ini ponsel yang beredar di Indonesia tidak bisa dimasukkan ke saku baju atau celana karena bentuknya besar dan panjang, dengan rata-rata 430 gram (hampir setengah kg). Harga ponselnya tidak murah dan rata-rata diatas Rp 10 juta per unit.
Saat ini baru dikenal dua teknologi seluler yakni NMT-470-modifikasi NMT-450-dioperasikan PT Rajasa Hazanah Perkasa. Sedangkan sistem Advance Mobile System (AMPS) ditangani empat operator yakni PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo, PT Panca Sakti, dan Telekomindo.
1993: Diakhir tahun ini, PT Telkom memulai proyek percontohan seluler digital Global System for Mobile (GSM) di Pulau Batam dan Pulau Bintan.
1994: PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) beroperasi sebagai operator GSM pertama di Indonesia dengan mengawali kegiatan bisnisnya di Jakarta dan sekitarnya. Saat itu terjadi perubahan besar pada perilaku konsumen dapat bergonta-ganti ponsel dengan nomor yang sama, karena GSM menggunakan kartu SIM.Teknologinya aman dari penggandaan dan penyadapan serta mutu prima dan jangkauan luas. Terminal ponselnya tidak lagi sebesar 'pemukul kasti' dan dapat dikantongi dengan berat maksimal saat itu 500 gram dan harga ponselnya lebih terjangkau.
1995: Proyek Telkom di Batam berlangsung sukses dan dilanjutkan ke Provinsi-provinsi di Sumatera yang mengantar pada pendirian Telkomsel pada 26 Mei 1995 sebagai operator GSM nasional bersama Satelindo.
1996: Telkomsel dengan produk unggulan Kartu Halo Sukses di Medan, Serabaya, Bandung, dan Denpasar kemudian masuk ke Jakarta. Pemerintah mendukung pengembangan bisnis ini dengan menghapus pajak bea masuk bagi terminal ponsel sehinggal harganya menjadi lebih murah minimal Rp 1 juta per unit. Telkomsel juga membuat gebrakan dengan cakupan nasional dan Ambon (Maluku) tercatat pada 29 Desember 1996 sebagai provinsi ke-27 yang dilayani Telkomsel. Di penghujung tahun ini pula PT Excelcomindo Pratama (Excelcom) Berbasis GSM beroperasi di Jakarta sebaga operator nasional ketiga GSM di Indonesia.
1997: Pemerintah mengeluarkan lisensi baru bagi operator seluler berbasis teknologi PHS dan GSM 1800 kepada 10 operator baru yang memberikan lisensi regional. Namun proyek tersebut urung dilaksanakan karena negeri ini dihantam krisis moneter. Di tahun ini pula Telkomsel memperkenalkan kartu prabayar (prepaid) GSM pertama di Indonesia yang dinamai Simpati sebagai alternatif dari kartu Halo.
1998: Excelcom meluncurkan kartu prabayar Pro-XL yang memberi alternatif bagi konsumen untuk memilih dengan layanan unggulan roaming. Satelindo menyusul Telkomsel dan Excelcom dengan meluncurkan kartu prabayar Mentari, dengan keunggulan tarif dihitung perdetik sehingga dalam waktu singkat menjaring lebih 100.000 pelanggan. Jatuhnya Presiden Soeharto dan gerakan reformasi mengimbas pada dicabutnya lisensi PHS dan GSm 1800 bagi Indophone dan Cellnas karena sahamnya dimiliki keluarga Cendana dan kroninya.
1999: Krisis moneter tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menjadi konsumen seluler. Hingga akhir tahun ini diseluruh Indonesia terdapat 2,5 juta pelanggan dan sebagian besar adalah adalah pengguna prabayar Simpati, Mentari dan Pro-XL. Mereka memilih prabayar karena tidak ingin dibebani prosedur administrasi dan dapat mengendalikan pemakaian pulsa dan kalau habis dapat diisi ulang.
2000: layanan pesan singkat (short message service) menjadi fenomena dikalangan pengguna ponsel. Praktis dan biaya murah.Di tahun ini pula PT Indosat dan PT Telkom mendapat lisensi sebagai operator GSM 1800 nasional sesuai amanat UU Telekomunikasi No 36/1999. Layanan seluler kedua BUMN itu direncanakan akan beroperasi secara bersamaan pada 1 Agustus 2001.